Penyakit hepatitis, peradangan pada hati itu bisa menjadi momok yang menakutkan lo, terutama ketika kekhawatiran tentang penularannya ke orang terdekat, termasuk keturunan, muncul. Pertanyaan yang sering timbul itu adalah, bisakah hepatitis diturunkan atau menular dari orang tua ke anak? Jawabannya adalah ya, beberapa jenis hepatitis memang bisa menular secara vertikal, yaitu dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau bahkan setelahnya. Namun, ini tidak berlaku untuk semua jenis hepatitis. Mari kita bahas lebih lanjut.

Jenis Hepatitis Dan Potensi Penularan Vertikal

Ada beberapa jenis hepatitis yang disebabkan oleh virus, dan masing-masing memiliki karakteristik penularan yang berbeda lo. Mari kita fokus pada jenis yang paling relevan dengan penularan ke keturunan:

Hepatitis B (HBV)

Ini adalah jenis hepatitis yang paling sering dikaitkan dengan penularan dari ibu ke anak. Jika seorang ibu hamil positif terinfeksi virus Hepatitis B, maka risiko penularan kepada bayinya saat persalinan itu sangat tinggi lo. Penularan ini bisa terjadi karena bayi terpapar darah atau cairan tubuh ibu yang terinfeksi. Bayi yang tertular HBV dari ibunya itu berisiko tinggi mengalami infeksi kronis dan komplikasi serius di kemudian hari, seperti sirosis atau kanker hati.

Hepatitis C (HCV)

Penularan Hepatitis C dari ibu ke anak itu juga bisa terjadi lo, meskipun risikonya itu lebih rendah dibandingkan dengan Hepatitis B. Penularan HCV itu umumnya terjadi selama persalinan lo. Faktor-faktor seperti tingginya jumlah virus (viral load) pada ibu atau adanya infeksi HIV bersamaan itu dapat meningkatkan risiko penularan lo.

Hepatitis A (HAV) Dan Hepatitis E (HEV)

Kedua jenis hepatitis ini umumnya menyebar melalui jalur fekal-oral (makanan atau air yang terkontaminasi feses yang mengandung virus). Penularan dari ibu ke anak itu sangat jarang terjadi lo untuk HAV dan HEV, atau bahkan hampir tidak ada laporan kasus.

Hepatitis D (HDV)

Hepatitis D itu hanya bisa terjadi pada orang yang sudah terinfeksi Hepatitis B. Jika seorang ibu hamil memiliki koinfeksi Hepatitis B dan D, maka risiko penularan Hepatitis D ke bayi itu juga ada, seiring dengan penularan Hepatitis B.

Bagaimana Penularan Vertikal Terjadi?

Penularan hepatitis dari ibu ke bayi (transmisi vertikal) sebagian besar terjadi melalui:

Transmisi Prenatal (Selama Kehamilan)

Meskipun jarang, virus hepatitis B (HBV) itu dapat menembus plasenta lo dan menginfeksi janin selama kehamilan. Ini bisa terjadi jika ada kerusakan atau kebocoran pada plasenta, atau pada kasus infeksi berat pada ibu. Risiko penularan prenatal itu dapat meningkat jika ibu hamil memiliki viral load (jumlah virus dalam darah) yang tinggi atau jika ibu juga terinfeksi HIV.

Transmisi Natal (Selama Persalinan)

Ini adalah jalur penularan vertikal yang paling umum, terutama untuk hepatitis B.

Kontak Dengan Darah Dan Cairan Tubuh Ibu: Saat proses persalinan, bayi itu dapat terpapar darah, cairan vagina, atau cairan tubuh lain dari ibu yang terinfeksi. Kontak langsung ini memungkinkan virus masuk ke tubuh bayi melalui luka kecil atau membran mukosa.
Pecahnya Membran Darah: Penyebaran virus itu dapat terjadi jika ada membran darah yang pecah sebelum atau selama melahirkan.
Prosedur Persalinan: Tindakan obstetri tertentu yang melibatkan kontak darah atau cairan tubuh ibu yang lebih banyak (misalnya, penggunaan alat bantu persalinan) itu dapat meningkatkan risiko penularan lo.

Transmisi Postnatal (Setelah Melahirkan)

Meskipun jarang terjadi dan kontroversial, penularan hepatitis B itu dapat terjadi melalui proses menyusui lo, terutama jika ada luka atau pendarahan pada puting susu ibu atau jika bayi memiliki luka di mulut. Namun, risiko ini umumnya sangat rendah lo dibandingkan dengan penularan selama persalinan, dan manfaat menyusui itu seringkali lebih besar daripada risikonya, terutama jika bayi telah mendapatkan imunoprofilaksis (vaksin dan imunoglobulin) setelah lahir.

Pencegahan Penularan Hepatitis Ke Keturunan

Berikut ini adalah pencegahan penularan hepatitis ke keturunan:

Pemeriksaan Hepatitis Pada Ibu Hamil (Skrining Antenatal

Cara yang pertama yaitu pemeriksaan hepatitis pada ibu hamil ya. Jadi ini adalah langkah pertama dan paling krusial. Semua ibu hamil itu disarankan untuk melakukan tes darah untuk mendeteksi infeksi hepatitis B dan C pada awal kehamilan. Banyak ibu hamil yang terinfeksi hepatitis tidak menunjukkan gejala lo, sehingga pemeriksaan ini sangat penting untuk mengetahui status mereka.

Manfaat: Dengan mengetahui status hepatitis ibu sejak dini, maka tenaga medis itu dapat segera merencanakan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah penularan kepada bayi. Program skrining ini telah dilakukan secara luas lo di Indonesia.

Vaksinasi Hepatitis B Pada Bayi Baru Lahir

Cara yang kedua yaitu vaksinasi hepatitis B pada bayu baru lahir ya. Jadi untuk hepatitis B, pemberian vaksin hepatitis B dosis pertama pada bayi yang baru lahir (kurang dari 24 jam setelah kelahiran) itu sangat penting lo. Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh bayi untuk menghasilkan antibodi guna melawan virus hepatitis B. Vaksinasi ini dilanjutkan dengan dosis berikutnya sesuai jadwal imunisasi nasional (misalnya pada usia 2, 3, 4 bulan, dan booster pada 18 bulan).

Manfaat: Vaksinasi ini sangat efektif, hingga 95%, dalam mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke bayi.

Pemberian Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) Pada Bayi (Jika DDiperlukan)

Cara yang ketiga yaitu pemberian imunoglobulin hepatitis B pada bayi ya. Jadi bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B (terutama dengan viral load tinggi) itu perlu diberikan Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) selain vaksin. HBIg itu adalah antibodi siap pakai yang memberikan perlindungan cepat terhadap virus. HBIg itu diberikan dalam waktu 12 jam pertama setelah kelahiran.

Manfaat: HBIg itu bisa memberikan perlindungan tambahan yang lebih cepat lo bagi bayi yang berisiko tinggi tertular, sehingga dapat bekerja sama dengan vaksin untuk memaksimalkan pencegahan.

Kesimpulan

Itulah beberapa penjelasan dari kami mengenai apakah bisa penyakit hepatitis menular ke keturunan. Apabila saudara itu masih belum paham, maka saudara bisa langsung menghubungi kami ya.

Referensi:

Munawaroh, Lathifah. "Tes Kesehatan Sebagai Syarat Pra Nikah (Studi UU Pernikahan di Kuwait)." Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam 10.1 (2019): 99-120.

Junaidi, J., and N. Najamuddin. "Pemeriksaan Kesehatan Sebagai Salah Satu Syarat Sebelum Akad Pernikahan dalam Kajian Hukum Keluarga Islam." Jurnal An-Nahl 7.2 (2020): 113-122.

Setiawati, Erdanela, Vitri Yuli Afni Amran, and Nirmala Sari. "Pengetahuan calon pengantin tentang pemeriksaan kesehatan pranikah di Kota Padang, Sumatera Barat." Jurnal Kesehatan Cehadum 1.4 (2019): 1-8.

Apakah Bisa Penyakit Hepatitis Menular Ke Keturunan, Ini Penjelasannya

Artikel Lain