Tbo.global - Halo, siapa sih yang nggak pernah ngalamin susah tidur alias insomnia? Mungkin Sahabat Teone pernah scroll TikTok sampai mata merah, atau ngerjain tugas sambil ngerokok kopi jam 2 pagi. Tapi, Sahabat Teone tau nggak, insomnia itu nggak cuma gara-gara kebiasaan begadang atau stres doang lho. Menurut TBO Global, ada faktor genetik yang bisa bikin seseorang lebih rentan kena insomnia. Yup, artinya bisa diturunkan dari keluarga.

Apa Itu Insomnia?

Sebelum kita ngomong soal genetik, kita bahas dulu apa itu insomnia. Insomnia adalah gangguan tidur yang bikin orang susah tidur, susah bertahan tidur, atau bangun terlalu pagi dan nggak bisa balik tidur. Kalau ini sering kejadian, otomatis kualitas hidup kita juga turun. Bisa bikin mood jelek, gampang stres, bahkan berisiko penyakit jantung dan diabetes.

Nah, insomnia itu nggak cuma masalah fisik, tapi juga psikologis. Jadi nggak heran kalau ada orang yang walau tidur 8 jam tapi tetep merasa capek, sementara orang lain bisa tidur cuma 6 jam tapi segar bugar.

Benarkah Insomnia Bisa Diturunkan?

Menurut TBO Global, ternyata iya, insomnia bisa punya faktor genetik. Studi menunjukkan kalau orang tua punya riwayat insomnia, anaknya kemungkinan besar juga punya risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan tidur. Tapi jangan panik dulu, ini bukan berarti pasti keturunan 100%. Faktor lingkungan, gaya hidup, dan pola tidur juga punya peran besar.

Fakta Genetik Insomnia

TBO Global sudah merangkum beberapa temuan menarik soal genetik dan insomnia, yaitu:

Fakta Genetik	Deskripsi
Hereditas	Risiko insomnia lebih tinggi pada orang yang keluarganya punya riwayat insomnia.
Gen Tertentu	Ada gen yang memengaruhi ritme sirkadian dan neurotransmitter seperti serotonin, yang berperan penting dalam tidur.
Tipe Insomnia	Insomnia jangka panjang (chronic insomnia) lebih banyak dipengaruhi genetik dibanding insomnia sementara (acute insomnia).
Interaksi Lingkungan	Faktor lingkungan seperti stres, pola tidur, dan gadget bisa memicu insomnia meski faktor genetik rendah.
Predisposisi, Bukan Kepastian	Genetik cuma bikin kita rentan, tapi bukan jaminan pasti kena insomnia. Gaya hidup sehat bisa nge-counter risiko ini.

Dari tabel di atas, bisa ditarik kesimpulan kalau genetik itu lebih ke predisposisi alias kemungkinan. Jadi walaupun orang tua Sahabat Teone sering insomnia, bukan berarti Sahabat Teone pasti ngalamin hal yang sama.

Baa Juga : Apakah Insomnia Bisa Disebabkan Gadget, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Kenapa Faktor Genetik Bisa Memengaruhi Insomnia?

Berikut ini adalah beberapa alasan utama kenapa faktor genetik itu bisa memengaruhi insomnia:

Ritme Sirkadian Tubuh Yang Diturunkan

Ritme sirkadian adalah jam biologis tubuh yang mengatur siklus tidur dan bangun secara alami. Beberapa variasi gen tertentu bisa membuat ritme sirkadian seseorang berbeda dari kebanyakan orang. Misalnya, ada orang yang secara genetik cenderung night owl, jadi secara alami sulit tidur sebelum tengah malam. Jika pola ini diwariskan dari orang tua, kemungkinan besar anak juga akan mengalami kesulitan menyesuaikan waktu tidur, sehingga risiko insomnia meningkat.

Pengaruh Gen Pada Neurotransmitter Otak

Tidur yang nyenyak sangat bergantung pada keseimbangan neurotransmitter di otak, seperti serotonin, dopamine, dan melatonin. Variasi genetik tertentu bisa memengaruhi produksi atau sensitivitas otak terhadap neurotransmitter ini. Misalnya, kadar serotonin yang rendah bisa membuat seseorang lebih sulit rileks dan tertidur. Jadi, orang dengan variasi genetik ini punya kecenderungan alami mengalami gangguan tidur dibanding orang tanpa variasi gen tersebut.

Kecenderungan Sensitivitas Terhadap Stres Dan Kecemasan

Beberapa gen memengaruhi cara tubuh merespons stres dan kecemasan. Orang dengan gen tertentu mungkin lebih sensitif terhadap tekanan psikologis atau faktor lingkungan yang menimbulkan stres. Akibatnya, meskipun situasi stres tampak ringan bagi orang lain, bagi mereka bisa cukup mengganggu tidur dan memicu insomnia. Faktor genetik ini membuat risiko gangguan tidur menjadi lebih tinggi dibanding orang lain.

Predisposisi Insomnia Kronis

Penelitian menunjukkan bahwa insomnia jangka panjang atau kronis lebih banyak dipengaruhi faktor genetik dibanding insomnia sementara. Artinya, jika ada anggota keluarga yang menderita insomnia kronis, kemungkinan anak-anak atau kerabat dekatnya juga lebih rentan mengalami masalah tidur jangka panjang. Genetik di sini berperan sebagai predisposisi, bukan kepastian, tapi tetap meningkatkan risiko lebih tinggi dibanding populasi umum.

Respons Tubuh Terhadap Faktor Lingkungan

Genetik juga menentukan seberapa sensitif tubuh terhadap rangsangan eksternal yang memengaruhi tidur, seperti cahaya, suara, atau perubahan jadwal tidur. Orang dengan faktor genetik tertentu mungkin lebih mudah terbangun karena cahaya redup atau kebisingan kecil, sementara orang lain bisa tidur nyenyak di kondisi yang sama. Faktor ini menjelaskan kenapa beberapa orang tampak rentan insomnia meski lingkungannya sama dengan orang lain.

Cara Mengurangi Risiko Insomnia Genetik

Berikut ini adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko insomnia yang dipengaruhi genetik:

Tetap Memiliki Rutinitas Tidur Yang Konsisten

Walaupun faktor genetik bisa bikin ritme sirkadian berbeda, memiliki jadwal tidur dan bangun yang sama setiap hari membantu tubuh mengatur ulang jam biologisnya. Misalnya, tidur jam 11 malam dan bangun jam 7 pagi tiap hari. Konsistensi ini membuat tubuh lebih mudah tertidur dan tidur lebih nyenyak, meski genetik Sahabat Teone cenderung night owl.

Batasi Paparan Gadget Dan Cahaya Biru Sebelum Tidur

HP, laptop, atau TV memancarkan cahaya biru yang menekan produksi melatonin, hormon tidur. Orang yang punya predisposisi genetik insomnia lebih rentan terganggu oleh cahaya ini. Jadi, matiin gadget minimal 1 jam sebelum tidur atau gunakan mode malam (night mode) bisa membantu otak rileks dan mempersiapkan tubuh untuk tidur.

Perhatikan Asupan Makanan Dan Minuman

Kopi, teh, energy drink, atau makanan berat menjelang tidur bisa mengganggu kualitas tidur, terutama bagi orang dengan faktor genetik yang rentan insomnia. Usahakan konsumsi kafein maksimal 6 jam sebelum tidur dan hindari makanan terlalu pedas atau berlemak di malam hari. Pilih camilan ringan seperti buah atau kacang untuk tetap nyaman saat tidur.

Rutin Berolahraga Atau Aktivitas Fisik Ringan

Olahraga meningkatkan kualitas tidur dan membantu tubuh melepaskan energi berlebih. Yoga, stretching, atau jalan santai di sore hari bisa bikin tubuh lebih rileks saat malam. Ini sangat bermanfaat untuk orang dengan faktor genetik insomnia karena membantu menyeimbangkan ritme tubuh dan mengurangi ketegangan otot yang bisa mengganggu tidur.

Kelola Stres Dan Latih Relaksasi

Genetik bisa bikin seseorang lebih sensitif terhadap stres dan kecemasan. Oleh karena itu, manajemen stres sangat penting. Meditasi, journaling, pernapasan dalam, atau teknik relaksasi lainnya membantu menenangkan pikiran sebelum tidur. Dengan rutin melakukan ini, tubuh dan otak lebih siap untuk tidur nyenyak meski punya predisposisi insomnia genetik.

Kesimpulan

Itulah beberapa penjelasan dari kami mengenai apakah insomnia bisa diturunkan secara genetik. Apabila Sahabat Teone masih belum paham atau masih penasaran dengan apa yang sudah kami jelaskan diatas, atau informasi mengenai konsultasi langsung dengan dokter kami dan komprehensif untuk kebutuhan nutrisi dan kesehatan maka Sahabat Teone bisa menghubungi kami langsung di WA : 0851-7968-8120 .

Referensi:

Huda, Miftachul. Mengatasi Insomnia Secara Alami. New Media, 2020.

Yuwana, Anindita Farah. Hubungan durasi penggunaan smartphone sebelum tidur malam dengan gejala insomnia pada mahasiswa Program St

Faizin, M. N. (2023). Hubungan antara durasi penggunaan gadget sebelum tidur di malam hari dengan angka kejadian insomnia pada mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Apakah Insomnia Bisa Diturunkan Secara Genetik, Ini Faktanya

Artikel Lain