Tbo.global - Tren hidup sehat lagi naik banget nih, apalagi di kalangan Gen Z yang makin sadar pentingnya body goals tapi juga pengen tetap waras. Dua metode diet yang paling sering jadi perbincangan di TikTok dan Instagram adalah Intermittent Fasting (IF) dan Kalori Defisit. Keduanya sama-sama bisa bikin berat badan turun, tapi pertanyaannya — mana yang sebenarnya lebih efektif dan cocok buat Sahabat Teone? Nah, biar nggak bingung, TBO Global udah ngerangkum penjelasan lengkapnya biar Sahabat Teone bisa pilih mana yang paling pas sesuai gaya hidup Sahabat Teone! Yuk simak.

Apa Itu Intermittent Fasting (IF)?

Intermittent Fasting adalah metode diet yang fokus pada kapan Sahabat Teone makan, bukan apa yang Sahabat Teone makan. Biasanya orang menerapkan pola makan seperti 16:8 (puasa 16 jam, makan 8 jam) atau 18:6. Selama jam puasa, Sahabat Teone cuma boleh minum air putih, kopi tanpa gula, atau teh tanpa pemanis.

Tujuannya? Saat Sahabat Teone nggak makan dalam waktu tertentu, tubuh bakal pakai lemak sebagai sumber energi utama karena kadar insulin menurun. Hasilnya, lemak tubuh bisa berkurang lebih cepat — tapi tentu tetap harus dikontrol jenis dan porsi makanannya saat jam makan tiba.

Kelebihan Intermittent Fasting

Berikut ini adalah beberapa kelebihan Intermittent Fasting (IF) yang harus Sahabat Teone ketahui:

Membantu Turunkan Berat Badan Secara Alami

Saat Sahabat Teone puasa, tubuh kehabisan sumber energi dari makanan dan mulai membakar lemak cadangan buat tenaga. Jadi, tanpa perlu hitung kalori rumit, Sahabat Teone bisa menciptakan defisit kalori alami. Banyak orang sukses nurunin berat badan hanya dengan mengatur jam makan aja!

Meningkatkan Metabolisme Tubuh

Intermittent Fasting bisa bantu meningkatkan produksi hormon norepinefrin dan hormon pertumbuhan manusia (HGH) yang berperan penting dalam pembakaran lemak dan pembentukan otot. Akibatnya, metabolisme jadi lebih aktif, dan Sahabat Teone nggak gampang gemuk lagi walau makan dalam porsi normal.

Menstabilkan Gula Darah Dan Menurunkan Risiko Diabetes

Karena Sahabat Teone punya jeda panjang tanpa makan, tubuh jadi lebih sensitif terhadap insulin. Ini membantu menurunkan kadar gula darah dan mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2. Cocok banget buat Sahabat Teone yang pengen hidup sehat jangka panjang tanpa ribet diet ketat.

Meningkatkan Fokus Dan Kinerja Otak

Banyak orang yang menjalani IF bilang mereka jadi lebih fokus dan produktif. Saat puasa, otak menghasilkan lebih banyak Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF) — protein yang bantu pertumbuhan sel otak. Jadi, bukan cuma tubuh yang makin fit, tapi pikiran juga makin tajam!

Kekurangan Intermittent Fasting

Berikut ini adalah beberapa kekurangan Intermittent Fasting (IF), biar Sahabat Teone tahu sisi lain dari diet yang lagi hits ini:

Rasa Lapar Ekstrem Di Awal

Buat pemula, masa adaptasi IF bisa jadi tantangan banget. Bayangin deh, harus nahan lapar selama 16 jam! Tubuh yang belum terbiasa bisa bikin Sahabat Teone gampang pusing, lemas, dan cranky. Biasanya, butuh waktu 1–2 minggu sampai tubuh benar-benar menyesuaikan diri dengan pola makan baru ini.

Berisiko Overeating Saat Jam Makan

Karena kelamaan nahan lapar, banyak orang malah balas dendam saat jam makan tiba. Hasilnya, Sahabat Teone makan berlebihan dan justru kalori yang masuk lebih besar dari yang seharusnya. Kalau kayak gini, tujuan nurunin berat badan bisa gagal total karena defisit kalorinya jadi nggak tercapai.

Sulit Fokus Di Jam Puasa

Bagi sebagian orang, puasa panjang bisa bikin otak lemot. Terutama di pagi hari, Sahabat Teone bisa jadi susah fokus, gampang capek, dan sulit berpikir jernih karena kadar gula darah sedang rendah. Ini bisa ganggu produktivitas, apalagi kalau Sahabat Teone punya pekerjaan yang butuh konsentrasi tinggi.

Apa Itu Kalori Defisit?

Kalau Intermittent Fasting fokus ke waktu makan, Kalori Defisit fokus ke jumlah energi yang masuk. Konsepnya simpel banget: Sahabat Teone harus makan lebih sedikit dari kalori yang dibakar tubuh. Misalnya, tubuh Sahabat Teone butuh 2.000 kalori per hari, maka Sahabat Teone cukup konsumsi 1.600–1.800 kalori biar terjadi defisit.

Dengan defisit ini, tubuh akan mencari sumber energi lain — biasanya dari cadangan lemak. Tapi kalau Sahabat Teone defisit berlebihan (misal cuma makan 1.000 kalori), bisa-bisa malah kehilangan massa otot dan bikin tubuh lemes. Jadi kuncinya adalah defisit yang sehat dan terukur.

Kelebihan Kalori Defisit

Berikut ini adalah beberapa kelebihan kalori defisit yang harus Sahabat Teone ketahui:

Terbukti Efektif Turunkan Berat Badan

Kunci utama diet kalori defisit adalah makan lebih sedikit dari kalori yang Sahabat Teone bakar. Saat tubuh kekurangan energi dari makanan, ia akan mengambil cadangan lemak sebagai sumber tenaga. Alhasil, berat badan turun secara bertahap dan stabil — nggak perlu puasa ekstrem atau pantang makanan tertentu.

Fleksibel Dan Nggak Terlalu Ribet

Salah satu keunggulan terbesar dari kalori defisit adalah nggak ada pantangan makanan tertentu. Sahabat Teone masih bisa makan makanan favorit Sahabat Teone, asal porsinya diatur dan total kalorinya tetap dalam batas defisit. Jadi, diet ini lebih realistis buat dijalani jangka panjang, bahkan buat yang suka nongkrong sambil ngopi atau jajan.

Bisa Dikombinasikan Dengan Pola Diet Lain

Kalori defisit itu fleksibel banget. Sahabat Teone bisa menggabungkannya dengan berbagai gaya makan lain seperti clean eating, low-carb, high-protein, atau bahkan Intermittent Fasting. Selama total kalori yang Sahabat Teone konsumsi lebih sedikit dari yang dibakar, hasilnya tetap efektif.

Meningkatkan Kesadaran Makan Dan Kontrol Diri

Dengan menghitung atau memperkirakan kalori, Sahabat Teone jadi lebih sadar apa yang Sahabat Teone makan setiap hari. Banyak orang yang baru sadar kalau camilan kecil pun bisa tinggi kalori. Dari situ, Sahabat Teone belajar mengontrol porsi dan memilih makanan yang lebih sehat tanpa harus merasa kelaparan.

Kekurangan Kalori Defisit

Berikut ini adalah beberapa kekurangan kalori defisit, biar Sahabat Teone tahu sisi nggak enaknya dari diet yang kelihatannya simpel ini:

Kalau Salah Hitung, Hasilnya Bisa Gagal Total

Kalori defisit itu memang sederhana di konsep, tapi praktiknya bisa tricky. Banyak orang nggak tahu kebutuhan kalori tubuhnya sendiri dan asal potong kalori terlalu banyak. Akibatnya, tubuh malah kekurangan energi, metabolisme melambat, dan berat badan susah turun — atau bahkan naik lagi karena efek yo-yo.

Bisa Bikin Terobsesi Hitung Kalori

Diet ini sering bikin orang jadi terlalu fokus sama angka. Tiap makan jadi sibuk ngitung kalori lewat aplikasi atau nimbang makanan. Akhirnya, Sahabat Teone bisa stres dan kehilangan kenikmatan makan, bahkan jadi takut makan makanan tertentu karena khawatir kelebihan kalori.

Risiko Lemas Dan Kurang Nutrisi

Kalau defisitnya terlalu ekstrem, tubuh bisa kekurangan zat penting kayak protein, zat besi, dan vitamin. Akibatnya Sahabat Teone jadi mudah capek, pusing, dan rambut rontok. Alih-alih sehat, tubuh malah drop karena kurang bahan bakar untuk beraktivitas dan regenerasi sel.

Perbandingan Diet Intermittent Fasting vs Kalori Defisit

Berikut ini adalah perbandingan diet intermittent fasting vs kalori defisit:

Aspek	Intermittent Fasting	Kalori Defisit
Fokus Utama	Waktu makan (puasa dan makan)	Jumlah kalori yang masuk
Cara Kerja	Membakar lemak lewat puasa dan penurunan insulin	Membakar lemak lewat kekurangan energi
Kemudahan Dijalani	Bisa sulit di awal karena adaptasi jam makan	Fleksibel, bisa makan kapan aja asal kalori terjaga
Efek ke Tubuh	Menstabilkan gula darah & meningkatkan metabolisme	Mengurangi berat badan secara bertahap dan terukur
Risiko Umum	Lapar ekstrem, lemas, atau susah tidur di awal	Sering tergoda makan berlebih atau hitung kalori berlebihan

Mana Yang Lebih Efektif Turunkan Berat Badan?

Menurut TBO Global, dua-duanya efektif asal Sahabat Teone bisa konsisten. Tapi, hasilnya bisa beda tergantung gaya hidup dan kondisi tubuh.

Kalau Sahabat Teone tipe orang yang nggak suka ribet menghitung kalori, IF bisa jadi pilihan. Karena Sahabat Teone hanya perlu atur waktu makan tanpa terlalu pusing mikirin angka.
Tapi kalau Sahabat Teone lebih suka kontrol penuh atas makanan yang Sahabat Teone konsumsi, Kalori Defisit bisa lebih cocok. Sahabat Teone bisa tetap makan tiga kali sehari asal porsinya diatur.

Penelitian juga menunjukkan bahwa penurunan berat badan jangka panjang cenderung sama antara orang yang menjalankan IF dan Kalori Defisit, asal keduanya dijalankan dengan disiplin. Artinya, yang paling penting bukan metodenya, tapi konsistensi dan kesadaran makan Sahabat Teone.

Kesimpulan

Itulah beberapa penjelasan dari kami mengenai perbandingan diet intermittent dasting vs kalori defisit. Apabila Sahabat Teone masih belum paham atau masih penasaran dengan apa yang sudah kami jelaskan diatas, atau informasi mengenai konsultasi langsung dengan dokter kami dan komprehensif untuk kebutuhan nutrisi dan kesehatan maka Sahabat Teone bisa menghubungi kami langsung di WA : 0851-7968-8120 .

Referensi:

Aini, N. (2025). Hubungan Restrictive Eating Behavior dan Self-Control pada Komunitas Intermittent Fasting di WhatsApp (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

Rahmawati, Anni, Fiastuti Witjaksono, and Erfi Prafiantini. "Pengaruh Puasa Intermiten 5: 2 terhadap Berat Badan dan Resistensi Insulin pada Karyawan Obesitas di Jakarta The Effect of Intermittent Fasting 5: 2 on Body Weight and Insulin Resistance among Obese Employees in Jakarta." Res. study 29 (2021): 158-165.

Tjakradidjaja, Francisca A. "Puasa Intermiten dan Transformasi Tubuh: Sains di Balik Penurunan Lemak, Pemeliharaan Otot, dan Optimalisasi Energi." Asian Journal of Multidisciplinary Research 1.4 (2024): 157-165.

Diet Intermittent Fasting vs Kalori Defisit, Mana Yang Lebih Efektif Turunkan Berat Badan

Artikel Lain