Tbo.global - Pernah dengar tentang penyakit kusta? Mungkin terdengar jadul atau jarang dibahas, tapi faktanya kusta masih ada sampai sekarang, termasuk di Indonesia. TBO Global baru-baru ini merangkum perbedaan kusta Multibacillary dan Paucibacillary, lengkap sama penanganannya. Yuk simak.

Apa Itu Kusta?

Kusta, atau lepra, adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini biasanya menyerang kulit, saraf tepi, selaput lendir, dan mata. Gejalanya sering muncul lambat, bisa beberapa bulan bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi. Makanya, banyak orang baru sadar ketika kondisinya sudah cukup parah.

Perbedaan Kusta Multibacillary Dan Paucibacillary

Berikut ini adalah beberapa perbedaan dari Kusta Multibacillary dan Paucibacillary berdasarkan riset dari TBO Global:

Aspek	Kusta Multibacillary (MB)	Kusta Paucibacillary (PB)
Jumlah Bakteri	Banyak (lebih dari 5 lesi kulit positif)	Sedikit (1-5 lesi kulit positif)
Gejala Kulit	Banyak bercak, kadang bersisik atau nodul	Sedikit bercak, biasanya lebih ringan
Saraf Terkena	Banyak saraf yang terganggu	Biasanya saraf terganggu sedikit
Penularan	Lebih tinggi karena jumlah bakteri banyak	Lebih rendah karena bakteri sedikit
Durasi Pengobatan	12 bulan (MDT)	6 bulan (MDT)
Obat Utama	Rifampisin, Dapson, Clofazimin	Rifampisin, Dapson
Risiko Komplikasi	Lebih tinggi jika tidak diobati tepat	Lebih rendah tapi tetap perlu pengobatan
Stigma Sosial	Bisa lebih berat karena gejala terlihat banyak	Lebih ringan, gejala jarang terlihat

Baca Juga : Benarkah Penggunaan Celana Ketat Bisa Mengganggu Miss V?

Penanganan Kusta Multibacillary

Berikut ini adalah penanganan utama untuk Kusta Multibacillary (MB) yang harus Sahabat Teone ketahui:

Multidrug Therapy (MDT) Selama 12 Bulan

Pengobatan utama untuk kusta MB adalah menggunakan kombinasi obat Rifampisin, Dapson, dan Clofazimin. Terapi ini dilakukan selama 12 bulan penuh untuk membasmi bakteri Mycobacterium leprae secara efektif. Penggunaan kombinasi obat bertujuan agar bakteri tidak menjadi resisten terhadap obat, sehingga pengobatan bisa berhasil total. Penting banget bagi pasien untuk tidak melewatkan dosis apapun, karena ketidakpatuhan bisa membuat infeksi bertahan lebih lama.

Perawatan Kulit Dan Manajemen Lesi

Lesi kulit pada kusta MB biasanya banyak dan kadang bersisik atau muncul nodul. Oleh karena itu, pasien perlu melakukan perawatan kulit rutin, seperti membersihkan kulit secara lembut, menghindari luka atau iritasi, dan menggunakan krim atau salep yang dianjurkan dokter. Perawatan ini penting supaya infeksi sekunder tidak muncul dan kulit tetap sehat selama pengobatan berlangsung.

Pemantauan Dan Perawatan Saraf

Kusta MB sering menyerang saraf tepi, sehingga pasien bisa mengalami mati rasa, kesemutan, atau kelemahan otot. Penanganannya meliputi pemeriksaan rutin oleh dokter, serta fisioterapi atau latihan tangan dan kaki untuk mempertahankan fungsi saraf dan mencegah kecacatan permanen. Jika saraf mengalami peradangan akut, dokter juga bisa memberikan obat antiinflamasi seperti steroid.

Pemantauan Reaksi Lepra Dan Komplikasi

Selama pengobatan, pasien bisa mengalami reaksi lepra, yaitu peradangan mendadak pada kulit atau saraf yang disebabkan oleh respons imun tubuh. Reaksi ini harus segera ditangani agar tidak menimbulkan kerusakan saraf lebih parah. Pemantauan rutin oleh tenaga medis sangat penting supaya komplikasi bisa dicegah sejak awal, termasuk pembengkakan saraf, luka terbuka, atau infeksi tambahan.

Dukungan Psikologis Dan Sosial

Kusta MB sering menimbulkan stigma sosial yang cukup berat. Oleh karena itu, dukungan psikologis menjadi bagian penting dari penanganan. Pasien perlu edukasi tentang penyakitnya, konseling untuk menjaga mental, serta dukungan dari keluarga dan komunitas supaya percaya diri dan tetap patuh terhadap pengobatan. Lingkungan sosial yang positif bisa meningkatkan kualitas hidup pasien sekaligus mempercepat proses penyembuhan.

Penanganan Kusta Paucibacillary

Berikut ini adalah penanganan utama untuk Kusta Paucibacillary (PB) yang harus Sahabat Teone ketahui:

Multidrug Therapy (MDT) Selama 6 Bulan

Pengobatan utama untuk kusta PB menggunakan kombinasi Rifampisin dan Dapson selama 6 bulan. Karena jumlah bakteri lebih sedikit dibanding MB, durasi pengobatan lebih singkat. Penggunaan obat secara teratur penting agar bakteri benar-benar hilang, mencegah infeksi kambuh, dan memastikan pasien sembuh total.

Perawatan Kulit Dan Lesi

Lesi pada kusta PB biasanya lebih sedikit dan ringan, tapi tetap membutuhkan perawatan rutin. Membersihkan kulit dengan lembut, menjaga kelembapan, serta menggunakan krim atau salep sesuai anjuran dokter membantu mencegah infeksi sekunder dan mempercepat proses penyembuhan kulit.

Pemantauan Saraf

Kusta PB bisa memengaruhi beberapa saraf, meski tidak sebanyak MB. Pemeriksaan rutin saraf penting untuk mendeteksi mata, tangan, atau kaki yang mengalami mati rasa atau kelemahan. Jika ditemukan masalah, pasien dapat diberikan fisioterapi ringan atau tindakan pencegahan agar fungsi saraf tetap terjaga.

Pemantauan Reaksi Lepra Dan Komplikasi Ringan

Walaupun PB cenderung lebih ringan, pasien tetap bisa mengalami reaksi lepra, seperti pembengkakan atau kemerahan pada kulit. Pemantauan oleh tenaga medis membantu mencegah kerusakan saraf dan komplikasi lainnya sejak dini, sehingga pengobatan tetap efektif.

Dukungan Psikologis Dan Edukasi

Stigma terhadap kusta bisa membuat pasien merasa cemas atau malu. Dukungan keluarga, edukasi tentang penyakit, dan konseling ringan membantu pasien tetap percaya diri, disiplin minum obat, dan menjaga kualitas hidup. Edukasi juga penting agar pasien memahami bahwa kusta PB bisa sembuh total jika pengobatan dijalani dengan benar.

Baca Juga : Kenapa Lupus pada Wanita Risikonya Lebih Tinggi, Ini Detailnya

Tips Mencegah Kusta

Berikut ini adalah beberapa tips penting dari TBO Global untuk mencegah penyakit kusta:

Jaga Kebersihan Diri Dan Lingkungan

Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang bisa menular melalui kontak jangka panjang dengan penderita. Menjaga kebersihan diri seperti mandi rutin, mencuci tangan, dan membersihkan pakaian serta lingkungan rumah dapat mengurangi risiko penularan. Lingkungan yang bersih juga mencegah bakteri berkembang biak di sekitar kita.

Hindari Kontak Lama Dengan Penderita Yang Belum Diobati

Kontak langsung dengan penderita kusta yang belum menjalani pengobatan dapat meningkatkan risiko penularan. Jika ada anggota keluarga atau tetangga yang terdiagnosa, penting untuk menjaga jarak sementara dan memastikan mereka menjalani terapi Multidrug Therapy (MDT) secara konsisten.

Perkuat Daya Tahan Tubuh

Sistem imun yang kuat membantu tubuh melawan infeksi, termasuk kusta. Konsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, tidur cukup, dan hindari stres berlebihan. Dengan imun yang baik, tubuh lebih siap menangkal bakteri sebelum berkembang menjadi penyakit.

Kenali Gejala Awal Dan Segera Periksa Ke Tenaga Medis

Gejala kusta awal bisa berupa bercak kulit yang mati rasa, perubahan warna kulit, atau penebalan saraf. Jangan anggap sepele! Deteksi dini melalui pemeriksaan ke dokter atau puskesmas memungkinkan pengobatan lebih cepat dan efektif, sekaligus mencegah komplikasi jangka panjang.

Edukasi Diri Dan Masyarakat

Mengetahui informasi benar tentang kusta sangat penting. Edukasi diri dan orang sekitar tentang cara penularan, gejala, serta pengobatan bisa menurunkan stigma sosial dan mendorong orang untuk segera memeriksakan diri jika terkena gejala. Semakin banyak orang aware, semakin cepat penyakit bisa dikendalikan di masyarakat.

Baca Juga : Apakah Lupus Bisa Diturunkan, Ini Penjelasan Medisnya

Kesimpulan

Itulah beberapa penjelasan dari kami mengenai perbedaan penyakit kusta multibacillary dan paucibacillary. Apabila Sahabat Teone masih belum paham atau masih penasaran dengan apa yang sudah kami jelaskan diatas, atau informasi mengenai konsultasi langsung dengan dokter kami dan komprehensif untuk kebutuhan nutrisi dan kesehatan maka Sahabat Teone bisa menghubungi kami langsung di WA : 0851-7968-8120 .

Referensi:

Putri, Fildzah Karunia, Eka Zulfiana Yusyifak, and Rizki Nurmalya Kardina. "Hubungan Asupan Vitamin D Dan Selenium Dengan Indeks Bakteriologi Penderita Kusta Tipe MB (Multibacillary): Systematic Literature Review." Journal of Islamic Medicine 5.2 (2021): 83-95.

Fajarini, Ni Nengah Krisnina. Perbedaan kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c) pada pasien kusta dan non kusta di dua fasilitas kesehatan Jawa Timur. Diss. Widya Mandala Surabaya Catholic University, 2023.

Angin, Lenti Perangin, et al. "Tingkat Kesesuaian Gambaran Klinik dan Histopatologik Serta Positivitas CD4 dan CD8 pada Spektrum Penyakit Kusta Menurut Klasifikasi Ridley-Jopling." Majalah Patologi Indonesia 20.2 (2011).

Perbedaan Penyakit Kusta Multibacillary Dan Paucibacillary, Ini Penanganannya

Artikel Lain